Kitab Permulaan Turunnya Wahyu
Bab Bagaimana 
Permulaan Turunnya Wahyu kepada Rasulullah saw. dan Firman Allah Ta'ala, 
"Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang 
kemudiannya."
l. Dari Alqamah bin 
Waqash al-Laitsi, ia berkata, "Saya mendengar Umar ibnul Khaththab r.a. 
(berpidato 8/59) di atas mimbar, 'Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, 
'(Wahai manusia), sesungguhnya amal-amal itu hanyalah dengan niatnya (dalam satu 
riwayat: amal itu dengan niat 6/118) dan bagi setiap orang hanyalah sesuatu yang 
diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya (kepada Allah dan Rasul Nya, maka 
hijrahnya kepada Allah dan Rasul Nya. Dan, barangsiapa yang hijrahnya 1/20) 
kepada dunia, maka ia akan mendapatkannya. Atau, kepada wanita yang akan 
dinikahinya (dalam riwayat lain: mengawininya 3/119), maka hijrahnya itu kepada 
sesuatu yang karenanya ia hijrah."
2. Aisyah r.a. 
mengatakan bahwa Harits bin Hisyam r.a. bertanya kepada Rasulullah saw., "Wahai 
Rasulullah, bagaimana datangnya wahyu kepada engkau?" Rasulullah saw. menjawab, 
"Kadang-kadang wahyu itu datang kepadaku bagaikan gemerincingnya lonceng, dan 
itulah yang paling berat atasku. Lalu, terputus padaku dan saya telah hafal 
darinya tentang apa yang dikatakannya. Kadang-kadang malaikat berubah rupa 
sebagai seorang laki-laki datang kepadaku, lalu ia berbicara kepadaku, maka saya 
hafal apa yang dikatakannya." Aisyah r.a. berkata, "Sungguh saya melihat beliau 
ketika turun wahyu kepada beliau pada hari yang sangat dingin dan wahyu itu 
terputus dari beliau sedang dahi beliau mengalirkan keringat"
3. Aisyah r.a. 
berkata, "[Adalah 6/871] yang pertama (dari wahyu) kepada Rasulullah saw. adalah 
mimpi yang baik di dalam tidur. Beliau tidak pernah bermimpi melainkan akan 
menjadi kenyataan seperti merekahnya cahaya subuh. Kemudian beliau gemar 
bersunyi. Beliau sering bersunyi di Gua Hira. Beliau beribadah di sana, yakni 
beribadah beberapa malam sebelum rindu kepada keluarga beliau, dan mengambil 
bekal untuk itu. Kemudian beliau pulang kepada Khadijah. Beliau mengambil bekal 
seperti biasanya sehingga datanglah kepadanya (dalam riwayat lain disebutkan: 
maka datanglah kepadanya) kebenaran. Ketika beliau ada di Gua Hira, datanglah 
malaikat (dalam nomor 8/67) seraya berkata, 'Bacalah!' Beliau berkata, 'Sungguh 
saya tidak dapat membaca. Ia mengambil dan mendekap saya sehingga saya lelah. 
Kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka, saya berkata, 
'Sungguh saya tidak dapat membaca:' Lalu ia mengambil dan mendekap saya yang 
kedua kalinya, kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka, 
saya berkata, 'Sungguh saya tidak bisa membaca' Lalu ia mengambil dan mendekap 
saya yang ketiga kalinya, kemudian ia melepaskan saya. Lalu ia membacakan, 
"Iqra' bismi rabbikalladzi khalaq. Khalaqal insaana min'alaq. Iqra' warabbukal 
akram. Alladzii 'allama bil qalam. 'Allamal insaana maa lam ya'lam. 'Bacalah 
dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia 
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar 
manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak 
diketahuinya. Lalu Rasulullah saw. pulang dengan membawa ayat itu dengan 
perasaan hati yang goncang (dalam satu riwayat: dengan tubuh gemetar). Lalu, 
beliau masuk menemui Khadijah binti Khuwailid, lantas beliau bersabda, 
'Selimutilah saya, selimutilah saya!' Maka, mereka menyelimuti beliau sehingga 
keterkejutan beliau hilang. Beliau bersabda dan menceritakan kisah itu kepada 
Khadijah, 'Sungguh saya takut atas diriku.' Lalu Khadijah berkata kepada beliau, 
'Jangan takut (bergembiralah, maka) demi Allah, Allah tidak akan menyusahkan 
engkau selamanya. (Maka demi Allah), sesungguhnya engkau suka menyambung 
persaudaraan (dan berkata benar), menanggung beban dan berusaha membantu orang 
yang tidak punya, memuliakan tamu, dan menolong penegak kebenaran.' Kemudian 
Khadijah membawa beliau pergi kepada Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza 
(bin Qushai, dan dia adalah) anak paman Khadijah. Ia (Waraqah) adalah seorang 
yang memeluk agama Nasrani pada zaman jahiliah. Ia dapat menulis tulisan Ibrani, 
dan ia menulis Injil dengan bahasa Ibrani (dalam satu riwayat: kitab berbahasa 
Arab. dan dia menulis Injil dengan bahasa Arab) akan apa yang dikehendaki Allah 
untuk ditulisnya. Ia seorang yang sudah sangat tua dan tunanetra. Khadijah 
berkata, Wahai putra pamanku, dengarkanlah putra saudaramu!' Lalu Waraqah 
berkata kepada beliau, Wahai putra saudaraku, apakah yang engkau lihat?' Lantas 
Rasulullah saw: menceritakan kepadanya tentang apa yang beliau lihat. Lalu 
Waraqah berkata kepada beliau, 'Ini adalah wahyu yang diturunkan Allah kepada 
Musa! Wahai sekiranya saya masih muda, sekiranya saya masih hidup ketika kaummu 
mengusirmu....' Lalu Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah mereka akan mengusir 
saya?' Waraqah menjawab, 'Ya, belum pernah datang seorang laki-laki yang 
(membawa seperti apa yang engkau bawa kecuali ia ditolak (dalam satu riwayat: 
disakiti / diganggu). Jika saya masih menjumpai masamu, maka saya akan 
menolongmu dengan pertolongan yang tangguh.' Tidak lama kemudian Waraqah 
meninggal dan wahyu pun bersela, [sehingga Nabi saw. bersedih hati karenanya - 
menurut riwayat yang sampai kepada kami[1] - dengan kesedihan yang amat dalam yang karenanya 
berkali-kali beliau pergi ke puncak-puncak gunung untuk menjatuhkan diri dari 
sana. Maka, setiap kali beliau sudah sampai di puncak dan hendak menjatuhkan 
dirinya, Malaikat Jibril menampakkan diri kepada beliau seraya berkata, 'Wahai 
Muhammad, sesungguhnya engkau adalah Rasul Allah yang sebenarnya.' Dengan 
demikian, tenanglah hatinya dan mantaplah jiwanya. Kemudian beliau kembali 
pulang. Apabila dalam masa yang lama tidak turun wahyu, maka beliau pergi ke 
gunung seperti itu lagi. Kemudian setelah sampai di puncak, maka Malaikat Jibril 
menampakkan diri kepada beliau seraya berkata seperti yang dikatakannya pada 
peristiwa yang lalu - 6/68]." [Namus (yang di sini diterjemahkan dengan Malaikat 
Jibril) ialah yang mengetahui rahasia sesuatu yang tidak diketahui oleh orang 
lain 124/4].
4. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah saw. adalah orang yang paling suka berderma [dalam kebaikan 2/228], dan paling berdermanya beliau adalah pada bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpai beliau. Ia menjumpai beliau pada setiap malam dari [bulan 6/102] Ramadhan [sampai habis bulan itu], lalu Jibril bertadarus Al-Qur'an dengan beliau. Sungguh Rasulullah saw. adalah [ketika bertemu Jibril - 4/81] lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang dilepas."
 
4. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah saw. adalah orang yang paling suka berderma [dalam kebaikan 2/228], dan paling berdermanya beliau adalah pada bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpai beliau. Ia menjumpai beliau pada setiap malam dari [bulan 6/102] Ramadhan [sampai habis bulan itu], lalu Jibril bertadarus Al-Qur'an dengan beliau. Sungguh Rasulullah saw. adalah [ketika bertemu Jibril - 4/81] lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang dilepas."
Catatan 
Kaki:
[1] Saya (Al-Albani) berkata, "Yang berkata, 'Menurut riwayat yang sampai kepada kami" adalah Ibnu Syihab az-Zuhri, perawi asli hadits ini dari Urwah bin Zubair dari Aisyah. Maka, perkataannya ini memberi kesan bahwa tambahan ini tidak menurut syarat Shahih Bukhari, karena ini dari penyampaian az-Zuhri sendiri, sehingga tidak maushul, sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh dalam Fathul Bari. Karena itu, harap diperhatikan!"
Sumber: Ringkasan Shahih Bukhari - M. Nashiruddin Al-Albani - Gema 
Insani Press
Entry title: Kitab Permulaan Turunnya Wahyu
Rating: 100%
votes: 99998 ratings. 5 user reviews.
Reviewer: Fadjar Stempel
Item Reviewed: Kitab Permulaan Turunnya Wahyu
Rating: 100%
votes: 99998 ratings. 5 user reviews.
Reviewer: Fadjar Stempel
Item Reviewed: Kitab Permulaan Turunnya Wahyu
